-->

Hadis Majhul

Hadis Majhul
Hadis Mahjul


Amirul Nuranbiya Official - Hadis Majhul secara lughah adalah ghairu ma`ruf artinya yang tidak diketahui, tidak dikenal. Periwayat orang yang tidak dikenal, atau hadis yang diriwayatkan orang yang tidak dikenal. Riwayat ini tertolak hukumnya.

Contohnya seperti Hammam dan Humaid ibn Abdirrahman al Kufi, keduanya tidak dikenal. Sedangkan dalam ilmu hadis istilah majhul menunjukkan kepada majhul`ain, majhul hal, majhul ‘adalah. 

Berikut adalah penjelasan tentang pembagian majhul:

1.Majhul`Ain
Majhul artinya yang tidak diketahui, yang tidak dikenal. Ain artinya diri atau orang. Majhul`ain adalah salah seorang periwayat disebutkan dengan jelas sekali, akan tetapi ternyata ia bukan tergolong orang yang sudah dikenal keadilannya dan tidak ada periwayat tsiqah yang meriwayatkan hadis dari padanya selain seorang saja. Hadis yang diriwayatkan oleh periwayat yang majhul ‘ain disebut dengan hadis majhul.

Majhul`ain yang dikehendaki dalam ilmu hadis : 


مَا فِى سَنَدِهِ رَاوٍمُسَمًّى وَلاَيُعْرَفُ عَيْنُهُ وَلَمْ َيرْوِعَنْهُ إِلاَّ رَاوٍ وَاحِدٍ


Ma Fi Syana`dihi ra`win mu`syamma wa`a`yue ra fu ay`nuhu wa lam yar wi an`hu illa ra win wahid

Artinya : “Hadis yang pada sanadnya ada seorang periwayat yang disebut namanya, tetapi tidak dikenal orangnya, dan yang meriwayatkan darinya hanya seorang”
“Satu hadis yang dalam sanadnya ada seorang periwayat di mana hanya seorang dari periwayat lain meriwayatkan darinya, serta tidak ada seorang ulama mencacatkan dia. (Taudihul Afkar 1 : 174).


Tetapi dalam ilmu Hadis, Maj-hul `Ain ini disandarkan kepada beberapa rupa :

“Satu Hadis yang dalam sanadnya ada seorang periwayat yang hanya seorang periwayat lain saja meriwayatkan daripadanya serta tidak ada seorang ‘ulama mencacat dia”

Contohnya :

(النسا ئي) اَخْبَرَ نَا سُوَيْدُ بْنَ نَصْرٍ قَالَ حَدَّ ثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ الْمُبَارَكِ عَنْ حَمَّادٍ بْنِ سَللَمَةَ عَنْ اِسْحَاقَ بْنَ عَبْدِ اللهِ بْنِ اَبِيْ طَلْحَةَ عَنْ اَبِى الْمَنْذِرِ مَوْلى اَبِيْ  ذَرِّ عَنْ اَبِيْ اُمَيَّةَ الْمَخْزُوْمِيِّ اَنَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمْ اُتِيَ بِلِصٍّ اِعْتَرَفَ اِعْتِرَافًا وَ لَمْ يُوْجَدْ مَعَهُ مَتَاعٌ فَققَالَ لَهُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمْ مَا اَخَالُكَ سَرَ قْتَ. قَالَ: بَلى. قَالَ: اذْ هَبُوْابِهِ فَا قْطَعُوْهُ ثُمَ جِيْئُوابِهِ فَقَطَعُوْهُ (النسا ئي: ٨:٦٧ )


An-Nasa`I : Ak`baro na syu`way`dub na`nas`rin ko`la hajja syana abdullahib nul muba ra`ki an hamma dib`ni sala`mata` an isha kobna abdillahib`ni abiy tol ha`ta`an abil`mundjir` rim aula abiy djar`ri an abiy u`may`yatal mak`juw miyy anna “rasulullahi sholallahu alayhi wasalam” u`tiya bil`lissin ae`ta ra fa`ie ti`ra fan wa`lam yuw khoj ma`ae`hu ma`ta uuen fa`kola lahu “rasulullahi sholallahu alayhi wasalam” ma`a kho lu`ka syarokta. kola bala kola adhabuw bihi fak`to`uew hu sum`ma jiy`uw bihi fakota ue`hu 

Artinya : ( Kata Nasa-i): telah mengkhabarkan kepada kami, Suwaid bin Nashr, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami, Abdullah bin Mubarak, dari Hammad bin Salamah, dari Is-haq bin Abdillah bin Thalhah, dari Abil-Mundzir, hamba Abi Dzar, dari Abi Umaiyah al-Makhzumi, bahwa Rasulullah saw. Pernah dibawa kepadanya seorang pencuri yang sudah mengaku betul-betul, tetapi tidak didapati sesuatu barang bersamanya. Maka Rasulullah saw. Berkata kepadanya : “Aku tidak percaya engkau mencuri”. Ia berkata : “Betul (saya mencuri)”. Sabda Nabi : “Bawalah dia, lalu potongah (Tangan) nya, kemudian bawalah dia kepadaku”. Lalu sahabat-sahabat potong tanganya………………………………….(Nasa-I 8:67)
Keterangan : 

1.Dalam sanad ini ada seorang periwayat bernama : Abul-Mundzir, Hamba bagi Abi Dzar yang Meriwayatkan daripadanya hanya Is-haq bin Abdillah bin Abi Thalhah saja. Lain orang tidak ada menerima Hadis itu dari Abul Mundzir tersebut.

2.Abdul-Mundzir ini, tidak ada seorang dari ‘ulama yang mencacat atau melemahkannya.
Satu Hadis yang dalam sanadnya ada periwayat yang tidak dikenal oleh ‘ulama serta hadisnya tidak diketahui, melainkan dari jalan seorang periwayat saja”.
Contohnya :

(أبوداؤد) حَدَثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلاَ ءِ وَمُحَمَّدُ بْنُ مَكِيَّ الْمَرُوْزِيُّ الْمَعْنَى قَاللاَ ثَنَا ابْنُ الُمَبَارَكِ عَنْ سُلَيْمَانَ التَّيْمِيِّ عَنْ أَ ِبى عُثْمَانَ وَلَيْسَ بِالنَّهْدِيِّ عَنْ أَبِيْهِ عَننْ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ قَالَ : قَالَ النَّبِيُ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًّمَ إِقْرَؤُا (يس)عَلَى مَوْتَاكُمِ  (أبوداؤد  ٢:٥٧)


Artinya : ( Berkata Abu Dawud) : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Ala’ dan Muhammad b. Makki al-Maruzi, maknanya : Dua-dua orang ini berkata: Telah menceritakan kepada kami, Ibnul-Mubarak, dari Sulaimanat-Taimi, dari Abi Utsman ( Bukan Abu Utsman an-Nadi), dari Bapaknya, Dari Ma`qil bin Yasar, ia berkata : Nabi saw. Pernah bersabda : “Bacakanlah” Yasin” bagi orang-orang yang hampir mati dari antara kamu”. 
(Abu Dawud 2: 57).

Keterangan :

1.Dua orang periwayat yang ada dalam sanad Hadis tersebut, yaitu Abu Utsman dan Bapaknya, tidak dikenal oleh ulama Hadis.

2.Tidak ada yang meriwayatkan dari Abu Utsman itu, melainkan Sulaiman at-Taimi. ( Dari Jalan Sulaiman ini sajalah yang terkenal.

Hal ini juga dipertegas oleh al-Khatib al-Baghdadi dalam al-Kifayah sebagaimana yang dikutip oleh Nashir al-Din al-Abani, bahwa majhul dari ahli hadis ialah orang yang tidak poluper proses perolehan ilmunya dan tidak terkenal oleh para ulama. Orang itu hanya meriwayatkan hadis dari satu sumber. Ketidakterkenalannya akan terangkat apabila ada paling sedikit dua orang atau lebih yang populer keilmuannya yang meriwayatkan hadis darinya.

Penulis Artikel : Amirul Nuranbiya

Salam Hangat Dari Admin : Amirul Nuranbiya Official,
Terima Kasih.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel